MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
Motivasi Dalam Pembelajaran
A. Urgensi Motivasi
Proses pembelajaran dapat dipahami atau dijelaskan dengan menggunakan
berbagai teori belajar sebagaimana dibahas dalam bagian terdahulu. Di
samping itu proses tersebut dapat pula dijelaskan dengan memperhatikan
satu aspek yang penting, yaitu motivasi mahasiswa. Guru sering
dirisaukan dengan adanya siswa yang dinilai cerdas tetapi mempunyai
prestasi yang sedang–sedang saja. Dalam pembelajaran siswa tersebut
kelihatan bosan dan lesu, sedikit sekali menggunakan pikiran untuk
memecahkan persoalan yang dikemukakan di kelas, apalagi secara aktif
melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Salah satu cara memahaminya
adalah dengan anlisis yang dikemukakan oleh Romiszowski (1984), bahwa
kinerja yang rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berasal
dari dalam dan luar diri siswa.
Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal dari
dalam dan luar diri siswa. Faktor luar misalnya fasilitas belajar, cara
mengajar guru, sistem pemberian umpan balik, dan sebaginya.
Faktor–faktor dari dalam diri siswa mencakup kecerdasan, strategi
belajar, motivasi dan sebagainya.
B. Definisi Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti
”menggerakan”. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi menjadi
berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi
yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi
arah dan ketahanan (persistence pada tingkah laku tersebut.
Ames dan Ames (1984) didefinisikan motivasi sebagai perspektif yang
dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkunganya. Sebagai
contoh, seorang siswa yang percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan yang
diperlukan untuk melakukan suatu tugas, akan termotivasi untuk
melakukan tugas tersebut. Konsep diri yang positif ini menjadi motor
penggerak bagi kemaunnya.
Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai ”tujuan yang ingin dicapai
melalui perilaku tertentu”(Cropley, 1985 ). Dalam konsep ini, siswa akan
berusaha mencapai suatu tujuan karena dirangsang oleh manfaat atau
keuntungan yang akan diperoleh. Motivasi siswa tercermin melalui
ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun
dihadang berbagai kesulitan. Motivasi juga ditunjukan melalui intensitas
untuk kerja dalam melakukan suatu tugas.
Beberapa penelitian tentang prestasi belajar siswa menunjukan motivasi
sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar
siswa. Tokoh–tokoh pendidikan seperti Mc Clelland (1985), Bandura
(1977), Bloom (1980), Weiner (1986), Fyans dan Maerh (1987) melakukan
berbagai penelitian tentang peranan motivasi belajar, dan menemukan
hasil yang menarik.
Sebagai contoh, dalam studi yang dilakukan Fyans dan Maerh (1987)
diantara 3 faktor, yaitu : latar belakang keluarga, kondisi/konteks
sekolah dan motivasi, faktor yang terakhir merupakan prediktor yang
paling baik untuk prestasi belajar. Walberg dkk (1983) menyimpulkan
bahwa motivasi mempunyai kontribusi anatra 11 sampai 20 persen terhadap
prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati (1990) menyimpulkan bahwa
kontribusi motivasi sebesar 36 persen, sedangkan McClelland menunjukan
bahwa motivasi berprestasi (achievment motivation) mempunyai kontribusi
sampai 64 persen terhadap prestasi belajar. Berdasarkan penemuan di atas
guru dapat mempertimbangkan untuk melakukan intervensi dalam hal
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah
menyusun seperangkat prinsip–prinsip motivasi yang dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCS
Guru sering berasumsi bahwa motivasi belajar siswa merupakan masalah
siswa itu sendiri dan siswalah yang bertanggungjawab untuk mengusahakan
agar mempunyai motivasi yang tinggi. Namun sebenarnya guru dapat
berusaha untuk menetapkan prinsip– prinsip motivasi dalam proses dan
cara mengajar, untuk merangsang, meningkatkan dan memelihara motivasi
siswa dalam belajar. ARCS model dapat membantu guru untuk melakukan hal
tersebut.
Ada empat kategori kondisi motivasional yang harus diperhatikan oleh
guru dalam usaha menghasilkan perkuliahan yang menarik, bermakna dan
memberikan tantangan bagi siswa. Keempat kondisi motivasional tersebut
dijelaskan sebagai berikut :
a. Perhatian (Attention)
b. Relevansi (Relevance)
c. Kepercayaan diri (Confidence),dan
d. Kepuasan (Satisfaction).
C. Perhatian
Perhatian siswa muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa
ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga siswa akan memberikan
perhatian, dan perhatian tersebut terpelihara selama pembelajaran,
bahkan lebih lama lagi. Rasa ingin tahu ini dapat dirangsang atau
dipancing melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah
ada, kontradiktif atau kompleks.
Apabila elemen–elemen seperti ini dimasukan dalam rencana perkuliahan,
hal ini dapat menstimulir rasa ingin tahu siswa. Namun perlu
diperhatikan agar stimulus tersebut digunakan tidak berlebihan,
akibatnya stimulus menjadi hal yang biasa dan efektifitasnya hilang.
Strategi untuk merangsang minat dan perhatian siswa :
1. Gunakan metode penyampaian pembelajaran yang bervariasi (ceramah,
kelompok diskusi, bermain peran, simulasi, curah pendapat, demonstrasi,
studi kasus dan lain–lain).
2. Gunakan media (multimedia interaktif, power point, film, video, dan sebagainya) untuk melengkapi penyampaian perkuliahan.
3. Bila dirasa tepat gunakan humor dalam presentasi pembelajaran.
4. Gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contoh–contoh untuk memperjelas konsep.
5. Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa.
D. Relevansi
Relevansi menunjukan adanya hubungan materi perkuliahan dengan kebutuhan
dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila mereka
menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, atau
bermanfaat atau sesuai dengan nilai yang dipegang. Kebutuhan pribadi
(basic needs) dikelompokan ke dalam 3 kategori yaitu motif pribadi,
motif instrumental dan motif kultural. Yang pertama, nilai motif pribadi
(personal motive value) mencakup tiga hal, yaitu :
Kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievment),
Kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for power), dan
Kebutuhan untuk berafilisasi (needs for affiliation).
Yang kedua adalah nilai yang bersifat instrumental, di mana keberhasilan
dalam mengerjakan suatu tugas dianggap sebagai langkah untuk mencapai
keberhasilan lebih lanjut.
Ketiga, nilai kultural, apabila tujuan yang ingin dicapai konsisten atau
sesuai dengan nilai yang dipegang oleh kelompok yang diacu siswa,
seperti orang tua, teman, dsb.
Strategi untuk menunjukan relevansi pembelajaran :
1. Sampaikan kepada siswa apa yang akan dapat mereka lakukan setelah
mempelajari materi perkuliahan. Ini berarti guru harus menjelaskan
tujuan pembelajaran atau indikator pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Jelaskan manfaat pengetahuan atau ketrampilan yang akan dipelajari
dan bagaimana hal tersebut dapat diterapkan dalam pekerjaan nanti.
3. Berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa atau profesi tertentu.
E. Percaya Diri
Merasa diri kompeten atau mampu,merupakan potensi untuk dapat
berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Bandura (1977)
mengembangkan lebih lanjut konsep tersebut dengan mengajukan konsep
self-efficacy. Konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan pribadi
bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang
menjadi syarat keberhasilan.
Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat
sejalan dengan menigkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini sering
dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa yang lampau. Dengan demikian
ada hubungan spiral antara pengalaman sukses dan motivasi. Motivasi
dapat menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan (prestasi), dan
selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk
mengerjakan tugas berikutnya.
Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri :
1. Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak
pengalaman berhasil siswa, misalnya dengan mendesain pembelajaran agar
dengan mudah dipahami, diurutkan dari materi yang mudah ke yang sukar.
Dengan demikian siswa merasa mengalami keberhasilan sejak awal
perkuliahan.
2. Organisasikan pembelajaran ke dalam bagian–bagian yang lebih kecil,
sehingga mahasiswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak
konsep baru sekaligus
3. Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan menyatakan
persyaratan untuk berhasil. Hal ini dapat dilakukan dengan menyampaikan
tujuan pembelajaran dan kriteria tes atau ujian pada awal pembelajaran.
Hal tersebut akan membantu siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai
apa yang diharapkan.
4. Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan strategi yang
memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa sendiri. Kontrak
belajar (learning contract) merupakan hal yang harus dilakukan oleh guru
dengan siswa. Kontrak belajar hendaknya dengan jelas mencantumkan
strategi perkuliahan dan kriteria untuk menentukan berhasil atau
tidaknya siswa.
5. Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan
”Sepertinya kamu telah memahami konsep ini dengan baik”, serta menyebut
kelemahan siswa sebagai ”hal -hal yang masih perlu dikembangkan.”
6. Berikan umpan balik yang konstruktif selama pembelajaran agar siswa
mengetahui tingkat pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini.
F. Kepuasan
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan
siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang
serupa. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi
yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa.
Sebagai contoh, dalam kelas Komunikasi, siswa diuji kemampuanya
berpidato. Setelah selesai berpidato, iswa merasa puas dan lega karena
ternyata dia tidak pingsan seperti yang dikhawatirkanya. Tetapi beberapa
saat kemudian konsekuensi dari luar (dari guru) membuatnya merasa malu
dan kecewa. Guru mengatakan dia nampak tegang, suaranya hampir tidak
terdengar, dan jelas kelihatan tidak berlatih sebelumnya. Dalam hal ini
terjadi konflik dalam diri siswa tersebut, dan membuat kepuasaannya
hilang.
Peran guru sangat penting dalam menumbuhkan kepuasan belajar siswa.
Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa guru dapat menggunakan
pemberian penguatan (reinforcement) barupa pujian, pemberian kesempatan,
dan sebagainya.
Strategi untuk meningkatakan kepuasan :
1. Gunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif, bukan ancaman atau sejenisnya.
2. Berikan kesempatan kepada siswa untuk segera menggunakan atau mempraktikkan pengetahuan yang baru dipelajari
3. Minta kepada siswa yang telah menguasai suatu keterampilan atau
pengetahuan untuk membantu teman–temannya yang belum berhasil.
4. Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di masa lalu
atau dengan suatu standar tertentu, bukan dengan siswa lain.
No comments:
Post a Comment